Dalam sebuah cerpen, tokoh 'Pak Jaya' selalu digambarkan dengan pakaian lusuh, bicaranya pelan, dan sering menunduk. Ia adalah seorang petani yang tanahnya disita oleh perusahaan besar. Meskipun demikian, di akhir cerita ia menolak tawaran kompensasi yang besar dan memilih untuk tetap tinggal di gubuk reotnya, menanam sepetak kecil sayuran dengan gigih. Perilaku Pak Jaya ini paling tepat mencerminkan nilai apa?